Peranan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi (IPMARASI)
PERANAN
PEMUDA[1] DALAM KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT
(Tinjauan
Aplikatif keterlibatan Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi “IPMARASI” dalam
Kehidupan Bermasyarakat)
Oleh: Yehezkiel Obehetan
Ketua Umum Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi
(IPMARASI)
Berbicara tentang pemuda maka di sana
sering kita jumpai bahwasannya pemuda selalu dianggap sebagai generasi pelapis
dari para orang tua. Hal ini terjadi dikarenakan praduga yang tertanam dalam
benak orang tua terhadap pemuda dengan menyimpulkan bahwa pemuda belum atau
tidak bisa berbuat apa-apa. Praduga ini dalam hemat penulis, maka penulis
menyimpulkan bahwa tidak benar, juga tidak pula salah; benar karena memang
pemuda belum dipercayakan atau belum berkontribusi secara penuh bagi
masyarakat, namun Praduga ini juga salah karena para orang tua belum melihat
bagaimana pemuda dapat berkreatifitas dengan maksimal dan seluruh kemampuan
yang ada pada diri setiap pemuda. Praduga ini dalam pantauan penulis jika terus
berkelanjutan maka akan berdampak dua hal dalam kehidupan pemuda:
1.
Dampak Positif: Praduga
ini dapat mendorong, memotivasi bahkan membakar semangat para pemuda-pemudi
dengan berkobar-kobar untuk menunjukan kepada para orang tua bahwa apa yang
mereka pikirkan dan meraka anggapkan sesungguhnya adalah kekeliruan; dengan
berupaya untuk memperlengkapi diri dengan keahlian-keahlian yang ada pada
mereka, baik itu dengan cara menempuh dunia pendidikan maupun dengan cara mengikuti
pelatihan-pelatihan keahlian lainnya. Dengan harapan dan satu tujuan ingin
membuktikan bahwa apa yang disematkan kepada mereka sebagai pelapis
sesungguhnya adalah sebuah kekeliruan yang harus ditanggalkan oleh orang tua
terhadap para pemuda.
2.
Dampak Negatif:
Praduga ini juga dapat melemahkan bahkan membunuh mental para pemuda yang telah
siap atau tengah mempersiapkan diri untuk berkarya bagi masyarakat. Karena
tertanam rasa takut yang berlebihan (hipper) dalam diri pemuda sehingga jikalau
ingin berbuat sesuatu atau ingin berkarya maka sering dihantui oleh ketakutan
yang tinggi, “Takut salah, takut tidak sesuai dengan harapan, takut dimarahin
dan ketakutan-ketakutan yang lain”. Dan akhirnya tidak mengherankan kalau
banyak pemuda-pemudi sekarang yang hanya menjadi penonton saja dari setiap era
dalam kontribusi bagi masyarakat dan yang lebih tragis yang kita takutkan
adalah kehilangan generasi dalam berkontribusi bagi masyarakat.
Melalui tulisan ini penulis hendak
menyentil pandangan-pandangan seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa apa
yang menjadi cara pandang orang tua terhadap pemuda-pemudi ialah tidak benar
adanya. Apakah para orang tua tidak menyadari bahwa bangsa Indonesia bisa
merdeka dari penjajah dan bisa maju seperti sekarang ini bukankah karena
peranan pemuda? Saafroedin Bahar dalam bukunya Etnik, Elite dan Integrasi
Nasional mengambil pemaparan Benedict R.O.G Anderson, dalam studinya Java in a
time of Revolution, Occupation and Resistance 1944-1946 demikian: “Proses
terbentuknya Republik dari segi peranan pemuda...... pemuda berperan sebagai
masa yang militan, yang tidak puas dengan kinerja elite yang berusia lebih tua
dan karenanya lebih bersikap konservatif dan hati-hati.”[2]
Jadi janganlah menutup mata terhadap peranan pemuda dalam sejarah sehingga
akhirnya melihat pemuda-pemudi dengan sebelah mata di masa kini. Dengan cara
apapun seseorang memandang pemuda-pemudi baik itu secara positif maupun
negatif, kita tidak dapat melarang karena memang itu adalah hak seseorang;
namun harus pula diketahui bahwasannya sejarah telah membuktikan bahwa pemuda
memiliki peranan yang penting dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara teristimewa pemuda-pemudi menjadi motor pengerak dalam kemerdekaan
bangsa Indonesia. Dan sejarah akan terus membuktikan bagaimana keterlibatan
pemuda-pemudi dalam memajukan daerah di mana dia berasal secara khusus dan
secara umum bagi bangsa dan negara.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
meskipun pemuda-pemudi tidak dilibatkan namun pula janganlah menganggap negatif
terhadap pemuda-pemudi. Alangkah lebih baik lagi dengan tidak ada anggapan
negatif dan melibatkan pemuda-pemudi dalam upaya kemajuan dan kesejahteraan
daerah atau bangsa dan negara, maka di sana dapat menemukan kemampuan pemuda-pemudi
dalam berkarya bagi nusa dan bangsa. Namun untuk melibatkan pemuda dalam
masyarakat masih sangat minim sekali sebagaimana yang diungkapkan Moira
Moeliono dkk, “keterlibatan pemuda dalam urusan masyarakat masih sangat terbatas.”[3]
Padahal kesuksesan sebuah kegerakan, organisasi atau sebuah Negara itu ada
keterlibatan penting pemuda, sebagaimana yang katakan Silitonga dalam
mengambarkan sebuah kesuksesan atau kemenangan, “kunci kemenangan kita adalah
keterlibatan atau partisipasi pemuda.”[4]
Memang untuk mendapatkan kepercayaan
sepenuhnya dari orang tua terhadap pemuda-pemudi bukanlah hal yang mudah, namun
bukan pula merupakan hal yang sulit. Oleh sebab itu pemuda dituntuk untuk dapat
menunjukan prestasi melalui karya-karya dan juga dengan kehidupan sosial yang
beretiked baik sehingga kepercayaan itu dapat diterima oleh pemuda-pemudi dari
orang tua dan jikalau kepercayaan itu sudah diterima, maka haruslah menjaga
kepercayaan itu sebaik-baiknya sehingga kepercayaan-kepercayaan lainnya terus
dipercayakan kepada pemuda-pemudi. Alwan Hafizh dalam bukunya yang berjudul
YOUTH LEADERSHIP menyatakan, “Kepercayaan adalah salah satu yang paling mahal
di muka bumi ini. sekali rusak, bagai kertas yang sobek, kepercayaan tidak akan
kembali seperti sediakala.”[5]
Oleh karena itu, tatkala kepercayaan telah pemuda-pemudi terima, maka
tunjukkanlah kepada orang tua bahwasannya pemuda-pemudi layak untuk menerima
kepercayaan tersebut. Dan untuk menerima kepercayaan itu maka terlebih dahulu
pemuda-pemudi harus mengetahui kunci menerima kepercayaan itu, karena jikalau
kunci kepercayaan itu tidak kita miliki, maka kepercayaan hanya merupakan
sebuah isapan jempol belaka yang tidak akan pernah terwujud dalam kehidupan
pemuda-pemudi. Kunci mendapatkan kepercayaan menurut Hafizh sebagai berikut:
Salah satu kunci dalam menerima
kepercayaan, kita harus menjadi orang yang disukai, walau dalam kehidupan pasti
selalu ada pembenci. Ketika kita disukai, orang akan menaruh kepercayaan kepada
kita dan mulai menaruh harapan. Kemudian, mereka mengikuti segala arahan kita
untuk mencapai tujuan.[6]
Dari pernyataan di atas, maka harus ada
upaya pemuda-pemudi dalam menunjukan karekteristik yang baik, kehidupan
bersosial yang baik dan juga memiliki tata krama yang baik pula, agar kecintaan
dari orang tua terhadap pemuda-pemudi atau dengan kata lain pemuda-pemudi
“disukai” telah lahir dalam sanubari orang tua. Namun juga jangan lupa bahwa
tatkala kepercayaan sudah diberikan maka tentu ada harapan yang besar oleh
orang tua untuk pemuda-pemudi dapat berkarya dan berdampak bagi masyarakat. Widyarini
memaparkan sebuah harapan dengan mewakili harapan orang tua dari kepercayaan
yang telah diberikan kepada pemuda-pemudi sebagai berikut: “Bila kita
memberikan kepercayaan terhadap seseorang, harus bersandar pada keyakinan bahwa
orang itu mendapat pengaruh dari informasi yang kita berikan dengan penuh
kepercayaan.”[7] Artinya bahwa sebuah
“kepercayaan cenderung dilihat dari harapan”[8]
sang pemberi kepercayaan atau dengan kata lain “Kepercayaan akan terbentuk
ketika harapan seseorang dapat terpenuhi.”[9]
Dengan demikian untuk mencapai sebuah kepercayaan yang final dari orang tua
terhadap peranan pemuda dalam berkontribusi bagi masyarakat, diukur atau
dilihat dari harapan di balik kepercayaan yang diberikan. Jadi jika kepercayaan
itu sudah kita terima maka tuntutan bagi kita adalah menjaga kepercayaan itu
dengan menjawab harapan yang diinginkan oleh mereka yang memberikan kepercayaan
tersebut.
Keterlibatan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi dalam
kehidupan bermasyarakat
Keterlibatan pemuda dan mahasiswa
Amarasi dalam kehidupan bermasyarakat memang belum terlalu kelihatan, apalagi
berdampak bagi masyarakat. Kira-kira apa penyebab utamanya? Penulis menemukan
beberapa alasannya, antara lain:
1.
Kurangnya
kepercayaan
Sebagaimana yang telah dipaparkan di
bagian awal tulisan ini berkenaan dengan minimnya keterlibatan pemuda dalam
kehidupan bermasyarakat secara umum dan secara khusus pemuda dan mahasiswa
Amarasi bagi daerah Amarasi yakni kurangnya kepercayaan dari generasi
sebelumnya (Orang Tua). Oleh karena tidak adanya kepercayaan terhadap pemuda
dan mahasiswa Amarasi akhirnya berdampak pada keterlibatan mereka dalam kehidupan
bermasyarakat, sehingga tak mengherankan jika dalam kehidupan bermasyarakat
sedikit saja kita menemukan bahkan nyaris tidak ada sama sekali keterlibatan
pemuda dan mahasiswa Amarasi sebagai bentuk partisipasi mereka dalam bentuk
pengabdian masyarakat kepada masyarakat Amarasi.
Mungkin membaca istilah “pengabdian
masyarakat” ini terkesan hanya lah merupakan sebuah kewajiban yang berupa
formalitas untuk kepentingan tertentu, baik itu dalam kaitannya dengan nila
sebagai mahasiswa maupun dalam kaitannya dengan kepentingan-kepentingan lainnya
sehingga memang adanya rasa kurang kepercayaan bagi mereka yang hanya hendak
melakukan formalitas pengabdian masyarakat. Untuk alasan ini, dapatlah
dipahami. Akan tetapi jangan lupa bahwasannya hal yang berkaitan dengan
pengabdian masyarakat, sekalipun ada kepentingan-kepentigan tertentu namun
lepas dari kepentingan mereka pasti akan ada dampaknya bagi masyarakat dan
tentunya yang positif bagi masyarakat (Amarasi) dalam keterlibatan pemuda dan
mahasiswa Amarasi.
Selain hanya karena kepentingan pengabdian
masyarakat, bagi mereka yang hendak berkarya bagi Amarasi secara penuh pun
mendapat hal yang sama yakni kurangnya kepercayaan tersebut. Siapa-siapa saja
mereka yang hendak berkarya bagi Amarasi secara penuh? Mereka putra-putri
Amarasi yang telah menyelesaikan pendidikan baik secara formal maupun
non-formal dan hendak mendedikasikan hidup dan ilmu yang ada pada mereka untuk
berkarya atau terlibat dalam kehidupan bermasyarakat di Amarasi, namun
lagi-lagi kita masih mendapatkan jarangnya keterlibatan mereka, karena apa
mereka jarang terlibat? Jawabannya ialah karena mereka tidak atau kurang
mendapat kepercayaan. Itulah sebabnya banyak serjana-serjana muda yang memenuhi
bumi Amarasi namun tidak berbuat apa-apa alias menganggur karena mereka tidak
mendapat kepercayaan atau tidak dipercayakan untuk bekerja dan yang lebih
tragisnya adalah ketika mereka tidak dipercayakan di daerah sendiri akhirnya
“exsodus”lah menjadi pilihan mereka dengan pergi meninggalkan daerah sendiri dan
berkarya, berkembang dan sukses di daerah orang bahkan juga ada yang terpuruk
di daerah orang juga. Hal ini terjadi karena kurangnya kepercayaan terhadap
mereka untuk berkarya atau terlibat dalam masyarakat di daerah sendiri.
2.
Kurangnya
Kreativitas
Alasan kedua berkaitan dengan jarangnya
keterlibatan pemuda dan mahasiswa Amarasi dalam kehidupan bermasyarakat adalah
kurangnya kereativitas dari pemuda dan mahasiswa Amarasi itu sendiri.
Kreativitas menjadi tuntutan mendasar bagi pemuda dan mahasiswa Amarasi dalam
berkarya, karena tanpa kekreativitasian maka itu dapat mengambarkan tidak dapat
berbuat apa-apa, dengan demikian maka ini menjadi alasan bagi orang tua-orang
tua untuk tidak melibatkan pemuda dan mahasiswa dalam keterlibat di kehidupan
bermasyarakat. Kreativitas-kreativistas yang akhirnya melahirkan
inovasi-inovasi baru akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Dan mereka-mereka
yang punya kreativitas dan inovatif yang akan dipakai dan dipercayakan oleh
masyarakat untuk bekerja atau terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh
sebab itu pemuda dan mahasiswa Amarasi harus menjadi pribadi-pribadi atau
generasi muda yang kreatif dan inovatif tatkala mau dipakai atau dipercayakan
oleh orang tua untuk berkarya bagi Amarasi.
Amarasi tengah membutuhkan pemudanya dan
mahasiswanya yang kreatif dan inovatif. Semoga dengan kebutuhan ini membakar
semangat para pemudanya dan mahasiswanya untuk berkompetisi dalam memperdalam
nilai-nilai kreativitas dan mendorong mereka untuk menciptakan inovasi-inovasi
baru dalam kemajuan dan kesejahteraan daerah Amarasi tercinta. Jika pemuda dan
mahasiswa Amarasi rindu untuk terlibat dan berdampak dalam kehidupan
bermasyarakat maka harus memiliki kreativitas dan dapat menciptakan inovasi.
Hal inilah yang belum ada atau masih sangat kurang dimiliki oleh pemuda dan
mahasiswa Amarasi sehingga mereka jarang dilibatkan atau kurang dipercayakan di
dalam kehidupan bermasyarakat.
3.
Kurangnya Wadah
yang Memfasilitasi
Alasan ketiga yang menyebabkan pemuda
dan mahasiswa Amarasi jarang dilibatkan dalam kehidupan bermasyarakat ialah
karena kurangnya wadah yang memfasilitasi pemuda dan mahasiswa Amarasi untuk
berekspresi menunjukan skill dan kemampuan mereka. Pemuda dan mahasiswa Amarasi
membutuhkan sebuah wadah atau beberapa wadah untuk dijadikan tempat
mengeksploitasi semua kemampuan, skill dan kreativitasnya dalam wadah tersebut
kemudian mengevaluasinya secara keseluruhan dalam wadah tersebut sehingga dapat
memperbaiki semua kekurangan-kekurangan yang ada menuju kepada kesempurnaan
atau kesiapan yang layak untuk dipublikasikan kepada khalayak ramai atau kepada
masyarakat sebagai karya pemuda dan mahasiswa Amarasi untuk dilihat bahkan
dinikmati oleh masyarakat. Percayalah jikalau dirasakan masyarakat itu adalah
hal-hal yang positif maka lambat atau cepat pemuda dan mahasiswa akan
dipercayakan atau dilibatkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Wadah yang dibutuhkan ini juga
sesungguhnya untuk menjawab alasan pertama dan alasan kedua yang telah penulis
paparkan di atas. Dengan adanya wadah ini dapat menolong pemuda dan mahasiswa
untuk memperlengkapi diri, mempersiapkan mental dan memantapkan tekat untuk
berkarya bagi daerahnya yakni Amarasi. Artinya bahwa dengan adanya wadah bagi
pemuda dan mahasiswa Amarasi maka di wadah itulah meraka akan belajar bagaimana
caranya berkarya bagi daerah Amarasi. Belajar berkaitan dengan apa yang dapat dikerjakan
berdasarkan kebutuhan masyarakat (kebutuhan primer) yang akhirnya berdampak
kepada kehidupan bermasyarakat dengan harapan dapat memperoleh kepercayaan dari
generasi-generasi sebelumnya yakni para sesepuh dan orang tua yang ada. Pemuda
dan mahasiswa Amarasi juga dengan adanya wadah maka dapat belajar dari orang
lain maupun dari dirinya sendiri untuk menggali dan menemukan potansi dari
dalam dirinya untuk menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kreativitas yang alot
dan mampu melahirkan atau menciptakan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat
dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga besar harapannya biar dengan atau
melalui wadah potensi-potensi tersembunyi yang ada dalam diri pemuda dan
mahasiswa Amarasi tereksploitasi ke publik Amarasi dan akhirnya mereka mendapat
kepercayaan untuk berkarya bagi dan untuk daerah tercinta Amarasi.
Aplikasinya bagi Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi
(IPMARASI)
Dalam bagian ini penulis hendak
memaparakan aplikasi praktisnya bagi Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi
(IPMARASI) sebagai salah satu keterwakilan pemuda dan mahasiswa Amarasi yang
hendak dan kerinduan untuk berkontribusi dalam keterlibatannya bagi kehidupan
bermasyarakat di daerah Amarasi, daerah di mana kami dilahirkan, daerah di mana
kami bertumbuh dan dibesarkan, daerah di mana kami boleh mengenyam pendidikan
dan daerah di mana kami akan hidup untuk menghidupinya.
Sebagai pemuda dan Mahasiswa yang
mewakili generasi millenial yang juga sebagai generasi penerus bangsa dan
negara, penurus daerah tercinta maka mulailah memikirkan dan melibatkan diri
dalam kehidupan bermasyarakat. Memang tidaklah mudah dan gampang untuk terlibat,
namun perlu disadari bahwa peranan pemuda dan mahasiswa sangat dibutuhkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Kita pasti akan mendapatkan pro dan kontra berkaitan
dengan peranan pemuda dan mahasiswa tetapi itu bukan menjadi alasan bagi kita
untuk tidak terlibat atau tidak berperan, jadikan pro dan kontra itu sebagai
pemacu dan motivasi tinggi dalam berkreativitas bagi kehidupan bermasyarakat.
Bagi mereka yang pro akan keterlibatan
pemuda dan mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat, itu artinya ada sebuah
kepercayaan yang tinggi yang diberikan kepada kita dengan secercah harapan dan
impian agar ditangan pemuda dan mahasiswa akan mendatangkan kesejahteraan bagi
seluruh aspek kehidupan dalam masyarakat Amarasi. Oleh sebab itu tangkap
kepercayaan itu dengan sebaik-baiknya dan pergunakan kepercayaan itu untuk
berkarya bagi masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat dan menjadikan daerah
kita Amarasi menjadi daerah yang maju dalam segala segi sehingga kelak nanti
daerah kita menjadi daerah percontohan bagi daerah-dareah lain di Kabupaten
Kupang, dan akan meluas di Provinsi Nusa Tenggara Timur bahkan akan berdampak
secara Nasional dan lebih dari itu harapannya adalah dapat dikenal luas secara global
(Internasional).
Bagi mereka yang kontra akan
keterlibatan pemuda dan mahasiswa Amarasi dalam kehidupan bermasyarakat, tentu
kita sangat mengerti dan memahami sebab-sebab mengapa mereka kontra terhadap
peranan pemuda dan mahasiswa Amarasi. Namun itu bukanlah menjadi sebuah alasan
bagi pemuda dan mahasiswa Amarasi untuk tidak berkarya melalui peranannya dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal ini justru akan dijadikan oleh pemuda dan
mahasiswa Amarasi untuk menunjukan kepada mereka bahwa pemuda dan mahasiswa
memang layak untuk dilibatkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan cara
memberikan segala kemampuan dengan totalitas untuk memperlihatkan bahwa pemuda
dan mahasiswa Amarasi memang layak diperhitungkan peranan mereka untuk
dilibatkan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, pemuda dan mahasiswa
Amarasi juga harus mempertajam skill dan kemampuan yang ada pada mereka melalui
pendidikan formal dan juga pendidikan non-formal seperti pelatihan-pelatihan,
seminar-seminar dan sebagainya guna mempersiapkan diri secara matang dan juga
telah memimiliki bekal keahlian yang ada sehingga dapat berkarya dengan
maksimal sehingga mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat Amarasi sehingga
masyarakat yang ada dapat merasakan secara langsung bagaimana pernanan pemuda
dan Mahasiswa Amarasi dalam kehidupan mereka. Dan juga dapat membuktikan kepada
mereka yang kontra akan peranan pemuda dan mahasiswa Amarasi bagi Amarasi
daerah tercinta bahwasannya pemuda dan mahasiswa amarasi layak untuk berperan
mendatangkan keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat Amarasi dan
menciptakan kemajuan daerah Amarasi di kancah nasional maupun internasional.
Pemuda dan mahasiswa Amarasi juga
diharapakan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam mempersiapkan diri
maupun dalam berkarya bagi Amarasi. Jangan memandang usia kita yang masih
sangat “belia” dalam berkarya melalui peranan kita dalam keterlibatan di
kehidupan bermasyarakat sehingga akhirnya membuat pemuda dan mahasiswa Amarasi
merasa minder dan kurang percaya diri untuk bereksperimen berdasarkan
kepercayaan yang diberikan kepada pemuda dan mahasiswa amarasi untuk berkarya
bagi Amarasi. Hal ini akan diperpuruk lagi apabila pemuda dan mahasiswa Amarasi
sudah tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi lalu ditambah dengan kontra
dari masyarakat melalui peranan keterlibatannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh sebab itu kepercayaan diri harus menjadi bagian yang integral dalam
kehidupan pemuda dan mahasiswa Amarasi tatkala ingin berkontribusi bagi Amarasi
melalui peranan mereka, tidak peduli masyarakat pro atau kontra terhadap
peranan pemuda dan mahasiswa Amarasi. Sekalipun masyarakat pro terhadap pemuda
dan mahasiswa Amarasi, kepercayaan diri yang tinggi harus tetap melekat pada
diri kita; begitupun sebaliknya walaupun masyarakat kontra akan keterlibatan
peranan pemuda dan mahasiswa Amarasi dalam kehidupan bermasyarakat, kepercayaan
diri untuk berkarya bagi Amrasi melalui peran pemuda dan mahasiswa Amarasi
harus tetap melekat dengan erat dalam diri pemuda dan mahasiswa Amarasi.
Sampai pada bagian ini, sebagai seorang
yang memeluk keyakinan agama Kristen dan memiliki background teologi maka
penulis teringat akan pesan seorang Rasul yang terkenal yakni Rasul Paulus
kepada anak rohaninya di kota Efesus yaitu Timotius yang notabene adalah
seorang yang sangat muda yang dipercayakan untuk “memimpin Gereja di Efesus”[10],
namun Timotius kurang memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk berkarya atau
berperan dalam kehidupan jemaat di Efesus karena dia masih sangat muda.
Mendapati hal ini dalam diri anak rohaninya, maka Rasul Paulus memberikan
nasihat kepadanya dalam Suratnya yang pertama kepada Timotius pasal 4, ayatnya
yang ke-12 demikian,
Jangan seorang pun menganggap engkau
rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam
perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam
kesucianmu.[11]
Melalui Firman Tuhan di atas maka kita pemuda dan
mahasiswa Amarasi dapat belajar dan menjadikan Timotius yang memperoleh nasihat
dari Paulus sebagai tolak ukur dalam berkarya dengan memiliki kepercayaan diri
yang tinggi dan jangan sesekali menganggap diri kita rendah, tidak dapat
berbuat apa-apa karena masih muda, jangan! Tetapi harus menjadi teladan bagi
masyarakat dalam segala aspek kehidupan sebagai pemuda dan mahasiswa agar
masyarakat dapat melihat nilai-nilai yang baik dalam diri pemuda dan mahasiswa
dan menjadikannya contoh dalam kehidupan mereka sebagai masyarakat. Kenapa
pemuda dan mahasiswa Amarasi harus menjadi teladan? “Karena dengan menjadi
teladan, kita tidak akan di pandang remeh. Sekalipun masih muda
namun jika kata-katanya dewasa, sikapnya lemah lembut dan punya prinsip hidup
yang baik pasti akan di hargai dan tidak akan di pandang remeh hanya karena
umurnya masih muda.”[12]
[1] Yang dimaksud “Pemuda” oleh
penulis ialah generasi muda yang di dalamnya mereka yang sudah bekerja ataupun
mereka yang tenggah menempuh pendidikan tinggi.
[2] Saafroedin Bahar, Etnik, Elite
dan Integrasi Nasional, (Yogyakarta: Gre Publishing, 2018), 44
[3] Moeliono dkk, Menuju
Kesejahteraan, (Bogor: Center for Internationnal Forestry research, 2007), 30
[4] Parlagutan Silitonga, Demokrasi
Alternatif Meraih Keadilan dan Kesejahteraan, (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET,
2016), 94
[5] Alwan Hafizh, Youth Leadership:
Kiat Pemuda dalam Menanam Jiwa Kepemimpinana Sejak Dini, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2015), 29
[6] Alwan Hafizh, Youth Leadership:
Kiat Pemuda dalam Menanam Jiwa Kepemimpinana Sejak Dini, ................ 29
[7] M.M. Nilam Widyarini, Kunci
Pengembangan Diri, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2009),
107
[8] Agus Dwiyanto, Mengembalikan
Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2011), 364
[9] Ibid...........364
[10] Michael Keene, Alkitab: Sejarah,
Proses Terbentuk, dan Pengaruhnya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), 160
[11] ALKITAB Terjemahan Baru (TB),
(Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011), 251
[12] Juan Nale, Yang Muda Yang Jadi Teladan (1 Tim 4:12)
, https://juanms49.wordpress.com/2014/01/28/yang-muda-yang-jadi-teladan-1-tim-412/. Diakses pukul 14:15/ 27-02-2019

Mantap..pentingnya peran pemuda-i untuk bisa terlibat dalam bermasyarakat, terkhusus bisa terlibat dalam perkembangan yg terjadi di daerah asalnya..👍🙏
BalasHapustrimakasih untuk apresiasinya.
HapusKk... sa minta nomr kontak ee. tlg ee. terima kasih
BalasHapus082213152374 ini kontak saya (WA dan Telpon)
Hapus