Peranan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi (IPMARASI)


PERANAN PEMUDA[1] DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
(Tinjauan Aplikatif keterlibatan Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi “IPMARASI” dalam Kehidupan Bermasyarakat)
Oleh: Yehezkiel Obehetan
Ketua Umum Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi
(IPMARASI)

Berbicara tentang pemuda maka di sana sering kita jumpai bahwasannya pemuda selalu dianggap sebagai generasi pelapis dari para orang tua. Hal ini terjadi dikarenakan praduga yang tertanam dalam benak orang tua terhadap pemuda dengan menyimpulkan bahwa pemuda belum atau tidak bisa berbuat apa-apa. Praduga ini dalam hemat penulis, maka penulis menyimpulkan bahwa tidak benar, juga tidak pula salah; benar karena memang pemuda belum dipercayakan atau belum berkontribusi secara penuh bagi masyarakat, namun Praduga ini juga salah karena para orang tua belum melihat bagaimana pemuda dapat berkreatifitas dengan maksimal dan seluruh kemampuan yang ada pada diri setiap pemuda. Praduga ini dalam pantauan penulis jika terus berkelanjutan maka akan berdampak dua hal dalam kehidupan pemuda:
1.      Dampak Positif: Praduga ini dapat mendorong, memotivasi bahkan membakar semangat para pemuda-pemudi dengan berkobar-kobar untuk menunjukan kepada para orang tua bahwa apa yang mereka pikirkan dan meraka anggapkan sesungguhnya adalah kekeliruan; dengan berupaya untuk memperlengkapi diri dengan keahlian-keahlian yang ada pada mereka, baik itu dengan cara menempuh dunia pendidikan maupun dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan keahlian lainnya. Dengan harapan dan satu tujuan ingin membuktikan bahwa apa yang disematkan kepada mereka sebagai pelapis sesungguhnya adalah sebuah kekeliruan yang harus ditanggalkan oleh orang tua terhadap para pemuda.
2.      Dampak Negatif: Praduga ini juga dapat melemahkan bahkan membunuh mental para pemuda yang telah siap atau tengah mempersiapkan diri untuk berkarya bagi masyarakat. Karena tertanam rasa takut yang berlebihan (hipper) dalam diri pemuda sehingga jikalau ingin berbuat sesuatu atau ingin berkarya maka sering dihantui oleh ketakutan yang tinggi, “Takut salah, takut tidak sesuai dengan harapan, takut dimarahin dan ketakutan-ketakutan yang lain”. Dan akhirnya tidak mengherankan kalau banyak pemuda-pemudi sekarang yang hanya menjadi penonton saja dari setiap era dalam kontribusi bagi masyarakat dan yang lebih tragis yang kita takutkan adalah kehilangan generasi dalam berkontribusi bagi masyarakat.
Melalui tulisan ini penulis hendak menyentil pandangan-pandangan seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa apa yang menjadi cara pandang orang tua terhadap pemuda-pemudi ialah tidak benar adanya. Apakah para orang tua tidak menyadari bahwa bangsa Indonesia bisa merdeka dari penjajah dan bisa maju seperti sekarang ini bukankah karena peranan pemuda? Saafroedin Bahar dalam bukunya Etnik, Elite dan Integrasi Nasional mengambil pemaparan Benedict R.O.G Anderson, dalam studinya Java in a time of Revolution, Occupation and Resistance 1944-1946 demikian: “Proses terbentuknya Republik dari segi peranan pemuda...... pemuda berperan sebagai masa yang militan, yang tidak puas dengan kinerja elite yang berusia lebih tua dan karenanya lebih bersikap konservatif dan hati-hati.”[2] Jadi janganlah menutup mata terhadap peranan pemuda dalam sejarah sehingga akhirnya melihat pemuda-pemudi dengan sebelah mata di masa kini. Dengan cara apapun seseorang memandang pemuda-pemudi baik itu secara positif maupun negatif, kita tidak dapat melarang karena memang itu adalah hak seseorang; namun harus pula diketahui bahwasannya sejarah telah membuktikan bahwa pemuda memiliki peranan yang penting dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara teristimewa pemuda-pemudi menjadi motor pengerak dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. Dan sejarah akan terus membuktikan bagaimana keterlibatan pemuda-pemudi dalam memajukan daerah di mana dia berasal secara khusus dan secara umum bagi bangsa dan negara.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan meskipun pemuda-pemudi tidak dilibatkan namun pula janganlah menganggap negatif terhadap pemuda-pemudi. Alangkah lebih baik lagi dengan tidak ada anggapan negatif dan melibatkan pemuda-pemudi dalam upaya kemajuan dan kesejahteraan daerah atau bangsa dan negara, maka di sana dapat menemukan kemampuan pemuda-pemudi dalam berkarya bagi nusa dan bangsa. Namun untuk melibatkan pemuda dalam masyarakat masih sangat minim sekali sebagaimana yang diungkapkan Moira Moeliono dkk, “keterlibatan pemuda dalam urusan masyarakat masih sangat terbatas.”[3] Padahal kesuksesan sebuah kegerakan, organisasi atau sebuah Negara itu ada keterlibatan penting pemuda, sebagaimana yang katakan Silitonga dalam mengambarkan sebuah kesuksesan atau kemenangan, “kunci kemenangan kita adalah keterlibatan atau partisipasi pemuda.”[4]
Memang untuk mendapatkan kepercayaan sepenuhnya dari orang tua terhadap pemuda-pemudi bukanlah hal yang mudah, namun bukan pula merupakan hal yang sulit. Oleh sebab itu pemuda dituntuk untuk dapat menunjukan prestasi melalui karya-karya dan juga dengan kehidupan sosial yang beretiked baik sehingga kepercayaan itu dapat diterima oleh pemuda-pemudi dari orang tua dan jikalau kepercayaan itu sudah diterima, maka haruslah menjaga kepercayaan itu sebaik-baiknya sehingga kepercayaan-kepercayaan lainnya terus dipercayakan kepada pemuda-pemudi. Alwan Hafizh dalam bukunya yang berjudul YOUTH LEADERSHIP menyatakan, “Kepercayaan adalah salah satu yang paling mahal di muka bumi ini. sekali rusak, bagai kertas yang sobek, kepercayaan tidak akan kembali seperti sediakala.”[5] Oleh karena itu, tatkala kepercayaan telah pemuda-pemudi terima, maka tunjukkanlah kepada orang tua bahwasannya pemuda-pemudi layak untuk menerima kepercayaan tersebut. Dan untuk menerima kepercayaan itu maka terlebih dahulu pemuda-pemudi harus mengetahui kunci menerima kepercayaan itu, karena jikalau kunci kepercayaan itu tidak kita miliki, maka kepercayaan hanya merupakan sebuah isapan jempol belaka yang tidak akan pernah terwujud dalam kehidupan pemuda-pemudi. Kunci mendapatkan kepercayaan menurut Hafizh sebagai berikut:
Salah satu kunci dalam menerima kepercayaan, kita harus menjadi orang yang disukai, walau dalam kehidupan pasti selalu ada pembenci. Ketika kita disukai, orang akan menaruh kepercayaan kepada kita dan mulai menaruh harapan. Kemudian, mereka mengikuti segala arahan kita untuk mencapai tujuan.[6]
Dari pernyataan di atas, maka harus ada upaya pemuda-pemudi dalam menunjukan karekteristik yang baik, kehidupan bersosial yang baik dan juga memiliki tata krama yang baik pula, agar kecintaan dari orang tua terhadap pemuda-pemudi atau dengan kata lain pemuda-pemudi “disukai” telah lahir dalam sanubari orang tua. Namun juga jangan lupa bahwa tatkala kepercayaan sudah diberikan maka tentu ada harapan yang besar oleh orang tua untuk pemuda-pemudi dapat berkarya dan berdampak bagi masyarakat. Widyarini memaparkan sebuah harapan dengan mewakili harapan orang tua dari kepercayaan yang telah diberikan kepada pemuda-pemudi sebagai berikut: “Bila kita memberikan kepercayaan terhadap seseorang, harus bersandar pada keyakinan bahwa orang itu mendapat pengaruh dari informasi yang kita berikan dengan penuh kepercayaan.”[7] Artinya bahwa sebuah “kepercayaan cenderung dilihat dari harapan”[8] sang pemberi kepercayaan atau dengan kata lain “Kepercayaan akan terbentuk ketika harapan seseorang dapat terpenuhi.”[9] Dengan demikian untuk mencapai sebuah kepercayaan yang final dari orang tua terhadap peranan pemuda dalam berkontribusi bagi masyarakat, diukur atau dilihat dari harapan di balik kepercayaan yang diberikan. Jadi jika kepercayaan itu sudah kita terima maka tuntutan bagi kita adalah menjaga kepercayaan itu dengan menjawab harapan yang diinginkan oleh mereka yang memberikan kepercayaan tersebut.


Keterlibatan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi dalam kehidupan bermasyarakat
Keterlibatan pemuda dan mahasiswa Amarasi dalam kehidupan bermasyarakat memang belum terlalu kelihatan, apalagi berdampak bagi masyarakat. Kira-kira apa penyebab utamanya? Penulis menemukan beberapa alasannya, antara lain:
1.      Kurangnya kepercayaan
Sebagaimana yang telah dipaparkan di bagian awal tulisan ini berkenaan dengan minimnya keterlibatan pemuda dalam kehidupan bermasyarakat secara umum dan secara khusus pemuda dan mahasiswa Amarasi bagi daerah Amarasi yakni kurangnya kepercayaan dari generasi sebelumnya (Orang Tua). Oleh karena tidak adanya kepercayaan terhadap pemuda dan mahasiswa Amarasi akhirnya berdampak pada keterlibatan mereka dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga tak mengherankan jika dalam kehidupan bermasyarakat sedikit saja kita menemukan bahkan nyaris tidak ada sama sekali keterlibatan pemuda dan mahasiswa Amarasi sebagai bentuk partisipasi mereka dalam bentuk pengabdian masyarakat kepada masyarakat Amarasi.
Mungkin membaca istilah “pengabdian masyarakat” ini terkesan hanya lah merupakan sebuah kewajiban yang berupa formalitas untuk kepentingan tertentu, baik itu dalam kaitannya dengan nila sebagai mahasiswa maupun dalam kaitannya dengan kepentingan-kepentingan lainnya sehingga memang adanya rasa kurang kepercayaan bagi mereka yang hanya hendak melakukan formalitas pengabdian masyarakat. Untuk alasan ini, dapatlah dipahami. Akan tetapi jangan lupa bahwasannya hal yang berkaitan dengan pengabdian masyarakat, sekalipun ada kepentingan-kepentigan tertentu namun lepas dari kepentingan mereka pasti akan ada dampaknya bagi masyarakat dan tentunya yang positif bagi masyarakat (Amarasi) dalam keterlibatan pemuda dan mahasiswa Amarasi.
Selain hanya karena kepentingan pengabdian masyarakat, bagi mereka yang hendak berkarya bagi Amarasi secara penuh pun mendapat hal yang sama yakni kurangnya kepercayaan tersebut. Siapa-siapa saja mereka yang hendak berkarya bagi Amarasi secara penuh? Mereka putra-putri Amarasi yang telah menyelesaikan pendidikan baik secara formal maupun non-formal dan hendak mendedikasikan hidup dan ilmu yang ada pada mereka untuk berkarya atau terlibat dalam kehidupan bermasyarakat di Amarasi, namun lagi-lagi kita masih mendapatkan jarangnya keterlibatan mereka, karena apa mereka jarang terlibat? Jawabannya ialah karena mereka tidak atau kurang mendapat kepercayaan. Itulah sebabnya banyak serjana-serjana muda yang memenuhi bumi Amarasi namun tidak berbuat apa-apa alias menganggur karena mereka tidak mendapat kepercayaan atau tidak dipercayakan untuk bekerja dan yang lebih tragisnya adalah ketika mereka tidak dipercayakan di daerah sendiri akhirnya “exsodus”lah menjadi pilihan mereka dengan pergi meninggalkan daerah sendiri dan berkarya, berkembang dan sukses di daerah orang bahkan juga ada yang terpuruk di daerah orang juga. Hal ini terjadi karena kurangnya kepercayaan terhadap mereka untuk berkarya atau terlibat dalam masyarakat di daerah sendiri.
2.      Kurangnya Kreativitas
Alasan kedua berkaitan dengan jarangnya keterlibatan pemuda dan mahasiswa Amarasi dalam kehidupan bermasyarakat adalah kurangnya kereativitas dari pemuda dan mahasiswa Amarasi itu sendiri. Kreativitas menjadi tuntutan mendasar bagi pemuda dan mahasiswa Amarasi dalam berkarya, karena tanpa kekreativitasian maka itu dapat mengambarkan tidak dapat berbuat apa-apa, dengan demikian maka ini menjadi alasan bagi orang tua-orang tua untuk tidak melibatkan pemuda dan mahasiswa dalam keterlibat di kehidupan bermasyarakat. Kreativitas-kreativistas yang akhirnya melahirkan inovasi-inovasi baru akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Dan mereka-mereka yang punya kreativitas dan inovatif yang akan dipakai dan dipercayakan oleh masyarakat untuk bekerja atau terlibat dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu pemuda dan mahasiswa Amarasi harus menjadi pribadi-pribadi atau generasi muda yang kreatif dan inovatif tatkala mau dipakai atau dipercayakan oleh orang tua untuk berkarya bagi Amarasi.
Amarasi tengah membutuhkan pemudanya dan mahasiswanya yang kreatif dan inovatif. Semoga dengan kebutuhan ini membakar semangat para pemudanya dan mahasiswanya untuk berkompetisi dalam memperdalam nilai-nilai kreativitas dan mendorong mereka untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam kemajuan dan kesejahteraan daerah Amarasi tercinta. Jika pemuda dan mahasiswa Amarasi rindu untuk terlibat dan berdampak dalam kehidupan bermasyarakat maka harus memiliki kreativitas dan dapat menciptakan inovasi. Hal inilah yang belum ada atau masih sangat kurang dimiliki oleh pemuda dan mahasiswa Amarasi sehingga mereka jarang dilibatkan atau kurang dipercayakan di dalam kehidupan bermasyarakat.
3.      Kurangnya Wadah yang Memfasilitasi
Alasan ketiga yang menyebabkan pemuda dan mahasiswa Amarasi jarang dilibatkan dalam kehidupan bermasyarakat ialah karena kurangnya wadah yang memfasilitasi pemuda dan mahasiswa Amarasi untuk berekspresi menunjukan skill dan kemampuan mereka. Pemuda dan mahasiswa Amarasi membutuhkan sebuah wadah atau beberapa wadah untuk dijadikan tempat mengeksploitasi semua kemampuan, skill dan kreativitasnya dalam wadah tersebut kemudian mengevaluasinya secara keseluruhan dalam wadah tersebut sehingga dapat memperbaiki semua kekurangan-kekurangan yang ada menuju kepada kesempurnaan atau kesiapan yang layak untuk dipublikasikan kepada khalayak ramai atau kepada masyarakat sebagai karya pemuda dan mahasiswa Amarasi untuk dilihat bahkan dinikmati oleh masyarakat. Percayalah jikalau dirasakan masyarakat itu adalah hal-hal yang positif maka lambat atau cepat pemuda dan mahasiswa akan dipercayakan atau dilibatkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Wadah yang dibutuhkan ini juga sesungguhnya untuk menjawab alasan pertama dan alasan kedua yang telah penulis paparkan di atas. Dengan adanya wadah ini dapat menolong pemuda dan mahasiswa untuk memperlengkapi diri, mempersiapkan mental dan memantapkan tekat untuk berkarya bagi daerahnya yakni Amarasi. Artinya bahwa dengan adanya wadah bagi pemuda dan mahasiswa Amarasi maka di wadah itulah meraka akan belajar bagaimana caranya berkarya bagi daerah Amarasi. Belajar berkaitan dengan apa yang dapat dikerjakan berdasarkan kebutuhan masyarakat (kebutuhan primer) yang akhirnya berdampak kepada kehidupan bermasyarakat dengan harapan dapat memperoleh kepercayaan dari generasi-generasi sebelumnya yakni para sesepuh dan orang tua yang ada. Pemuda dan mahasiswa Amarasi juga dengan adanya wadah maka dapat belajar dari orang lain maupun dari dirinya sendiri untuk menggali dan menemukan potansi dari dalam dirinya untuk menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kreativitas yang alot dan mampu melahirkan atau menciptakan inovasi-inovasi baru yang bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga besar harapannya biar dengan atau melalui wadah potensi-potensi tersembunyi yang ada dalam diri pemuda dan mahasiswa Amarasi tereksploitasi ke publik Amarasi dan akhirnya mereka mendapat kepercayaan untuk berkarya bagi dan untuk daerah tercinta Amarasi.


Aplikasinya bagi Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi (IPMARASI)
Dalam bagian ini penulis hendak memaparakan aplikasi praktisnya bagi Ikatan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi (IPMARASI) sebagai salah satu keterwakilan pemuda dan mahasiswa Amarasi yang hendak dan kerinduan untuk berkontribusi dalam keterlibatannya bagi kehidupan bermasyarakat di daerah Amarasi, daerah di mana kami dilahirkan, daerah di mana kami bertumbuh dan dibesarkan, daerah di mana kami boleh mengenyam pendidikan dan daerah di mana kami akan hidup untuk menghidupinya.
Sebagai pemuda dan Mahasiswa yang mewakili generasi millenial yang juga sebagai generasi penerus bangsa dan negara, penurus daerah tercinta maka mulailah memikirkan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Memang tidaklah mudah dan gampang untuk terlibat, namun perlu disadari bahwa peranan pemuda dan mahasiswa sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kita pasti akan mendapatkan pro dan kontra berkaitan dengan peranan pemuda dan mahasiswa tetapi itu bukan menjadi alasan bagi kita untuk tidak terlibat atau tidak berperan, jadikan pro dan kontra itu sebagai pemacu dan motivasi tinggi dalam berkreativitas bagi kehidupan bermasyarakat.
Bagi mereka yang pro akan keterlibatan pemuda dan mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat, itu artinya ada sebuah kepercayaan yang tinggi yang diberikan kepada kita dengan secercah harapan dan impian agar ditangan pemuda dan mahasiswa akan mendatangkan kesejahteraan bagi seluruh aspek kehidupan dalam masyarakat Amarasi. Oleh sebab itu tangkap kepercayaan itu dengan sebaik-baiknya dan pergunakan kepercayaan itu untuk berkarya bagi masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat dan menjadikan daerah kita Amarasi menjadi daerah yang maju dalam segala segi sehingga kelak nanti daerah kita menjadi daerah percontohan bagi daerah-dareah lain di Kabupaten Kupang, dan akan meluas di Provinsi Nusa Tenggara Timur bahkan akan berdampak secara Nasional dan lebih dari itu harapannya adalah dapat dikenal luas secara global (Internasional).
Bagi mereka yang kontra akan keterlibatan pemuda dan mahasiswa Amarasi dalam kehidupan bermasyarakat, tentu kita sangat mengerti dan memahami sebab-sebab mengapa mereka kontra terhadap peranan pemuda dan mahasiswa Amarasi. Namun itu bukanlah menjadi sebuah alasan bagi pemuda dan mahasiswa Amarasi untuk tidak berkarya melalui peranannya dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini justru akan dijadikan oleh pemuda dan mahasiswa Amarasi untuk menunjukan kepada mereka bahwa pemuda dan mahasiswa memang layak untuk dilibatkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan cara memberikan segala kemampuan dengan totalitas untuk memperlihatkan bahwa pemuda dan mahasiswa Amarasi memang layak diperhitungkan peranan mereka untuk dilibatkan dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, pemuda dan mahasiswa Amarasi juga harus mempertajam skill dan kemampuan yang ada pada mereka melalui pendidikan formal dan juga pendidikan non-formal seperti pelatihan-pelatihan, seminar-seminar dan sebagainya guna mempersiapkan diri secara matang dan juga telah memimiliki bekal keahlian yang ada sehingga dapat berkarya dengan maksimal sehingga mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat Amarasi sehingga masyarakat yang ada dapat merasakan secara langsung bagaimana pernanan pemuda dan Mahasiswa Amarasi dalam kehidupan mereka. Dan juga dapat membuktikan kepada mereka yang kontra akan peranan pemuda dan mahasiswa Amarasi bagi Amarasi daerah tercinta bahwasannya pemuda dan mahasiswa amarasi layak untuk berperan mendatangkan keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat Amarasi dan menciptakan kemajuan daerah Amarasi di kancah nasional maupun internasional.
Pemuda dan mahasiswa Amarasi juga diharapakan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam mempersiapkan diri maupun dalam berkarya bagi Amarasi. Jangan memandang usia kita yang masih sangat “belia” dalam berkarya melalui peranan kita dalam keterlibatan di kehidupan bermasyarakat sehingga akhirnya membuat pemuda dan mahasiswa Amarasi merasa minder dan kurang percaya diri untuk bereksperimen berdasarkan kepercayaan yang diberikan kepada pemuda dan mahasiswa amarasi untuk berkarya bagi Amarasi. Hal ini akan diperpuruk lagi apabila pemuda dan mahasiswa Amarasi sudah tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi lalu ditambah dengan kontra dari masyarakat melalui peranan keterlibatannya dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu kepercayaan diri harus menjadi bagian yang integral dalam kehidupan pemuda dan mahasiswa Amarasi tatkala ingin berkontribusi bagi Amarasi melalui peranan mereka, tidak peduli masyarakat pro atau kontra terhadap peranan pemuda dan mahasiswa Amarasi. Sekalipun masyarakat pro terhadap pemuda dan mahasiswa Amarasi, kepercayaan diri yang tinggi harus tetap melekat pada diri kita; begitupun sebaliknya walaupun masyarakat kontra akan keterlibatan peranan pemuda dan mahasiswa Amarasi dalam kehidupan bermasyarakat, kepercayaan diri untuk berkarya bagi Amrasi melalui peran pemuda dan mahasiswa Amarasi harus tetap melekat dengan erat dalam diri pemuda dan mahasiswa Amarasi.
Sampai pada bagian ini, sebagai seorang yang memeluk keyakinan agama Kristen dan memiliki background teologi maka penulis teringat akan pesan seorang Rasul yang terkenal yakni Rasul Paulus kepada anak rohaninya di kota Efesus yaitu Timotius yang notabene adalah seorang yang sangat muda yang dipercayakan untuk “memimpin Gereja di Efesus”[10], namun Timotius kurang memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk berkarya atau berperan dalam kehidupan jemaat di Efesus karena dia masih sangat muda. Mendapati hal ini dalam diri anak rohaninya, maka Rasul Paulus memberikan nasihat kepadanya dalam Suratnya yang pertama kepada Timotius pasal 4, ayatnya yang ke-12 demikian,
Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.[11]
Melalui Firman Tuhan di atas maka kita pemuda dan mahasiswa Amarasi dapat belajar dan menjadikan Timotius yang memperoleh nasihat dari Paulus sebagai tolak ukur dalam berkarya dengan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan jangan sesekali menganggap diri kita rendah, tidak dapat berbuat apa-apa karena masih muda, jangan! Tetapi harus menjadi teladan bagi masyarakat dalam segala aspek kehidupan sebagai pemuda dan mahasiswa agar masyarakat dapat melihat nilai-nilai yang baik dalam diri pemuda dan mahasiswa dan menjadikannya contoh dalam kehidupan mereka sebagai masyarakat. Kenapa pemuda dan mahasiswa Amarasi harus menjadi teladan? “Karena dengan menjadi teladan, kita tidak akan di pandang remeh. Sekalipun masih muda namun jika kata-katanya dewasa, sikapnya lemah lembut dan punya prinsip hidup yang baik pasti akan di hargai dan tidak akan di pandang remeh hanya karena umurnya masih muda.”[12]


[1] Yang dimaksud “Pemuda” oleh penulis ialah generasi muda yang di dalamnya mereka yang sudah bekerja ataupun mereka yang tenggah menempuh pendidikan tinggi.
[2] Saafroedin Bahar, Etnik, Elite dan Integrasi Nasional, (Yogyakarta: Gre Publishing, 2018), 44
[3] Moeliono dkk, Menuju Kesejahteraan, (Bogor: Center for Internationnal Forestry research, 2007),  30
[4] Parlagutan Silitonga, Demokrasi Alternatif Meraih Keadilan dan Kesejahteraan, (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2016), 94
[5] Alwan Hafizh, Youth Leadership: Kiat Pemuda dalam Menanam Jiwa Kepemimpinana Sejak Dini, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), 29
[6] Alwan Hafizh, Youth Leadership: Kiat Pemuda dalam Menanam Jiwa Kepemimpinana Sejak Dini, ................ 29
[7] M.M. Nilam Widyarini, Kunci Pengembangan Diri, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2009), 107
[8] Agus Dwiyanto, Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), 364
[9] Ibid...........364
[10] Michael Keene, Alkitab: Sejarah, Proses Terbentuk, dan Pengaruhnya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), 160
[11] ALKITAB Terjemahan Baru (TB), (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2011), 251
[12] Juan Nale, Yang Muda Yang Jadi Teladan (1 Tim 4:12) , https://juanms49.wordpress.com/2014/01/28/yang-muda-yang-jadi-teladan-1-tim-412/. Diakses pukul 14:15/ 27-02-2019

Komentar

  1. Mantap..pentingnya peran pemuda-i untuk bisa terlibat dalam bermasyarakat, terkhusus bisa terlibat dalam perkembangan yg terjadi di daerah asalnya..👍🙏

    BalasHapus
  2. Kk... sa minta nomr kontak ee. tlg ee. terima kasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

India dan Kristen

Jumlah Silsilah Yesus dari Abraham sampai Daud