Shalat 7 Waktu


Ir. Seokarno pernah berkata bahwasanya “memeluk Islam bukan berarti menjadi Arab, memeluk Kristen bukan berarti menjadi Yahudi, memeluk Hindu/Budha bukan berarti menjadi India”, namun dengan berkembangnya zaman orang-orang sudah mulai mengidentikan agama dengan bangsa di mana agama itu berasal dan melarang agama lain memakai budaya, bahasa dan tata cara seperti yang ada pada bangsa agamanya berasal. Salah satu contoh adalah seperti di Indonesia dan sekitarnya sudah mengklain bahwa sesuatu yang berbau Arab itu berarti miliknya agama Islam, dalam hal ini seperti bahasa Arab, budaya Arab dan Ritual penyembahan Arab. Padahal sebelum agama Islam lahir, di jazirah Arab sudah berkembang Kekristenan di sana itu dapat kita temukan dengan adanya gereja-gereja seperi Gereja Koptik di Mesir, Gereja Ortodoks di Suriah dan Gereja-gereja ritus timur lainnya. Sehingga tata cara peribadahan Gereja-gereja ini kurang lebih hampir mirip dengan tata caranya agama Islam. Waktu berdoa/ibadah mereka pun hampir sama hanya saja di Islam itu Sembayang/Shalat 5 waktu sedangkan di Kristen Arab sembahyang/Shalat 7 waktu. Akan tetapi, waktu-waktu doa Kristen Arab berbeda denga Islam Arab dan memiliki makna yang berbeda pula.
Berikut saya jabarkan waktu dan makna doa/shalatnya Kristen Arab:
11.      “Shalat jam pertama” (Shalat as-Sa’at al-Awwal), kira-kira pukul 06.00 pagi waktu kita, untuk mengenang saat kebangkitan Kristus (Isa Al-Masih) dari antara orang mati (Mrk.16:2);
22.     “Shalat jam  ketiga” (Shalat as-Sa’at ats-Tsalitsah), kira-kira pukul 9 pagi, yaitu waktu pengadilan Kristus dan turunnya Roh Kudus (Mrk. 15:25; Kis. 2:15);
33.      “Shalat jam keenam” (Shalat as-Sa’at as-Sadisah), kira-kira pukul 12 siang, yaitu waktu penyaliban Kristus (Mrk. 15:33, Kis. 3:30);
44.      “Shalat jam kesembilan” (Shalat as-Sa’at at-Tasi’ah), kira-kira pukul 3 petang, untuk mengenang kematian Kristus (Mrk. 13:33,38; Kis. 3:1);
55.     “Shalat Terbenamnya Matahari” (Shalat al-Ghurub), yaitu waktu penguburan jasad Kristus (Mrk. 15:42);
66.     “Shalat waktu tidur” (Shalat al-Naum), untuk mengenang terbaringnya tubuh Kristus; dan
77.     “Shalat Tengah Malam” (Shalat as-Satar atau Shalat Nishfu al-Layl) adalah jam berjaga-jaga akan kedatangan Kristus yang kedua kalinya (Why. 3:3).
Dengan penjabaran ini harapan saya agar kita dapat memahami dan mengerti agar jangan mengkalaim sebuah bahasa, budaya, kebiasaan dan tradisi sebuah bangsa menjadi milik agama tertentu. Dan juga supaya umat beragama jangan terkaget tatkala menemukan aliran Kristen di bangsa ini yang menjalankan praktik peribadahan seperti yang saya paparkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

India dan Kristen

Jumlah Silsilah Yesus dari Abraham sampai Daud

Peranan Pemuda dan Mahasiswa Amarasi (IPMARASI)